Di Dalam Buntelan Kasur

Ini hari ketiga saya mondar-mandir rumah sakit. Bukan saya, tapi saudara saya yang sakit. Di hari pertama kamar-kamar masih banyak kosong. Tapi tadi mendadak penuh terisi. Malahan ada yang di koridor segala. Semua terkena penyakit yang sama. DBD, demam berdarah.

Sepengetahuan saya, DBD adalah penyakit yang diakibatkan oleh nyamuk malaria. Ditandai dengan demam suhu tinggi, menurun, terus tinggi lagi. Atau gejala tokcer yang paling kasat mata adalah bintik-bintik merah pada permukaan kulit yang tidak akan hilang ketika si kulit ditarik. Benarkah demikian? Sebaiknya kamu tanyakan aja sendiri ke dokter. Syukurlah, karena saya belum pernah kena DBD. Ya Allah... Jangan sampe deh!!

Keluarga Daryono ini memang unik. Semua anggota keluarganya masuk RS BPP Jakarta Utara. Oke lah, anggap saja tidak unik, tapi menarik untuk disimak.

Pertama, sang ibu rumah tangga melahirkan anak bungsunya disini, RS BPP. Tapi itu 5 tahun yang lalu. Baru-baru ini semua anggota keluarganya masuk RS dalam jangka waktu yang bisa dibilang berdekatan.

Kedua, Dwi Rizal. Dia jatuh dari motor karena mengira jalan Cacing di Cilincing adalah trek lurus sirkuit Sentul. Nasib baik tidak banyak kontainer lalu lalang di jalan Cacing ketika itu. Kalau tidak, bisa-bisa dia pengek dilindes ban karena si sopir ngira yang dilindesnya itu polisi tidur.

Ketiga, Septiyan. Masuk RS karena dia mengeluhkan adanya benjolan di payudara. Saya ngebayanginnya aja ngeri. Tumor, Kanker, pikiran saya terpaku pada dua jenis penyakit ganas itu. Sengeri penderita dalam sinetron. Tapi kawan saya yang cowok sering becanda begini: "makanya kalo naro duit jangan di beha. Tau kan kanker payudara? Kalau sudah ganas, bisa-bisa teteknya dipotong jadi rata. Itu artinya, lo sama aja ML ama gue". Kawan saya menunjuk saya dan dirinya.

Sekarang ini yang sakit justru Oom Daryono. Kena DBD. Kawan-kawan kerjanya malah menertawai habis-habisan. Apakah saya kasihan? Tidak tuh!

Bicara tentang peraturan jam besuk, di RS ini justru teramat sangat kendor meskipun dijaga satpam. Siapapun boleh menjenguk pesakit jam berapapun. Saya sih malah seneng dengan aturan semacam ini. Aturan super ketat justru pelarangan masuknya anak dibawah umur 12 tahun untuk besuk. Bisa dateng sih tapi cuma duduk-duduk di lobi saja.

Yang jadi repot bukan saya, bukan satpam. Tapi istri Oom Daryono. Di satu sisi dia tidak boleh ninggalin suami yang sedang sakit. Di lain sisi dia juga tidak bisa menelantarkan anak bungsunya. Tumben juga si bungsu tidak mau tinggal sementara bareng saya.

Rupanya fungsi satpam hanya untuk melarang kemasukan anak kecil saja di RS itu.

Rencana jahat pun timbul. Saya mulai mencari cara untuk menyelundupkan si bungsu, Andika Wahyu Pamungkas, ke dalam.

-Rencana 1
Saya menyuruh Andika menyamar jadi orang cebol. Dengan nempelin kumis palsu, jenggot palsu, dan jambang palsu.
-Rencana 2
Saya mengalihkan perhatian satpam, dan ketika sang satpam lengah Andika masuk lari sekencang-kencangnya.
-Rencana 3
Saya menjejalkan Andika dalam koper yang akan saya seret ke dalam.

Rencana 1, 2, dan 3 tampaknya tidak akan sukses. Maka saya mengusulkan rencana ke 4. Begini...

Saya membawa kasur Palembang dengan ada Andika dalam gulungannya. Nekad, saya mulai membopong kasur Palembang dengan raut muka nahan beban. Mendekati gerbang pintu, DEG . . . Disapa satpam, DEG . . . DEG . . . Menjauh, mulai slow down. Pas masuk ward Cempaka 9, kami semua teriak penuh kemenangan. HORREE...

Share this:

Post a Comment

 
Copyright © duniabulatbundar. Designed by OddThemes | Distributed By Blogger Templates20