Out Of The Box


Saya dan 7 kawan lain disuruh berkumpul di ruang rektorat. Ada pembicaraan tentang beasiswa. Saya belum tahu topik apa yang dibicarakan sampai Pak Mahfud datang dan berbicara pada kami.

Inti obrolan ternyata tentang beberapa persyaratan administrasi yang harus kami kumpulkan. Seperti fotocopy KK, rekening listrik, dll.

Lebih mendebarkan lagi yaitu ketika beliau berkata tentang tanggung jawab besar yang harus kami pikul.

Sebagai mahasiswa penerima beasiswa kampus, tentunya saya harus berbuat terbaik semaksimal mungkin. Demi prestasi memuaskan dan tidak mengecewakan pihak kampus yang telah memberi sponsor. Wajar saja karena saya bisa kuliah dengan tanpa biaya sepeser pun. Namun harus diingat, saya harus juga berbuat baik di lain kesempatan kepada orang lain yang juga mungkin senasib saya jika kelak saya sudah banyak duit.

Saya terus-terusan memikirkan betapa beratnya beban seorang mahasiswa penerima beasiswa...




Tidak, bukan berarti saya pelit gak mau berbagi dengan orang lain kelak. Yang saya pikirkan adalah bagaimana jika saya gagal mendapat prestasi gemilang? Bagaimana jika suatu saat nanti tiba-tiba pihak pemberi beasiswa mencabut beasiswa saya?

Jika ditanya apa impian terbesar saya. Maka saya akan menjawab ingin menjadi orang sukses finansial. Sebab saya ingin mempunyai perpustakaan luas dan nyaman untuk umum. Saya ingin semua orang gemar membaca. Saya mencintai buku, saya terbius olehnya.

Saya tak henti bersyukur kepada Tuhan atas anugrahnya memberi peluang pada saya mendapatkan beasiswa. Padahal waktu itu saya sudah hampir putus asa karena tidak tau lagi harus berbuat apa untuk bisa kuliah di politeknik citra widya edukasi.

Saya berpikir...
Berpikir... dan berpikir...
Namun tetap saja menemui jalan buntu setiap kali saya mencari ide bagaimana saya mendapatkan uang untuk bisa kuliah di politeknik dambaan saya.

Terngiang-ngiang di benak saya kata-kata pak Iskandar sewaktu saya bicara empat mata dengannya.
"Jangan takut. Jalan Tuhan selalu ada untuk orang yang mau berusaha. Kita hanya perlu banyak berdoa"

DUEERR!!

Tuhan memang bekerja secara misterius. Tangan-tangan Tuhan membantu hambanya yang susah. Tiba-tiba mbak Isna kirim sms ke saya yang isinya mengabarkan bahwa saya boleh kuliah gratis karena ada sponsor yang mau membiayai saya.

Saat itu saya bersumpah akan berbuat apapun untuk membalas kebaikan hati si pemberi beasiswa. Bahkan saya rela memenggal kepala saya untuk dipersembahkan padanya.

Alhamdulillah...

Di ujung keheningan ketika sendirian, bayangan-bayangan masa lalu saya berkelebatan. Betapa hancurnya hidup saya beberapa tahun belakangan ini. Saya dipaksa keadaan untuk menjadi kepala keluarga. Saya menjalani hidup dengan tidak normal sewajarnya orang seusia saya.

Tapi saya tidak kecewa. Jauh di dalam hati saya selalu ada sepercik api sisa-sisa semangat yang kelelahan menanti sebuah perubahan. Saya terus meyakinkan diri bahwa hidup saya akan membaik suatu saat nanti. Saya selalu yakin bahwa perubahan adalah sesuatu yang bisa diperjuangkan. Meski akan terwujud entah kapan.

Saya selalu berpikir out of the box. Berpikir tak biasa selayaknya orang kepepet. Sekarang saya berada dalam fase perbaikan mutu hidup. Meskipun mustahil merubah puing-puing kehancuran menjadi istana dalam semalam. Setidaknya inilah yang saya lakukan. Suatu jalan perubahan.

Terimakasih, Tuhan.
Alhamdulillah. Alhamdulillah...

Share this:

Post a Comment

 
Copyright © duniabulatbundar. Designed by OddThemes | Distributed By Blogger Templates20