Sejak kecil saya sudah akrab dengan metode pengobatan melalui media air. Baik yang disemburkan di muka, dibalur, bahkan diminum.
Belakangan ini di Jawa Timur lagi ngetren dukun cilik Ponari. Pasien yang datang ya ampun dah banyaknya. Dikabarkan pendapatan Ponari 50 juta rupiah per hari. Dan sekarang sudah mendapatkan uang sebesar 2M.
Sejak booming Ponari, tiba-tiba menjamur dukun cilik lainnya. Wah, Ponari jadi banyak saingan nih.
Dulu ketika sakit panas, orang tua saya paling banter mengobati saya ke mantri desa. Dikasih obat pil ukuran segede kancing Levis. Atau dengan cara yang lebih tradisional, orang tua saya dateng ke kiyai terkenal sekampung, minta air doa-doa, dan meminumkan pada saya. Anehnya, sembuh!
Kali berikut ketika sakit, saya dibawa lagi ke mantri. Tapi sayang, obat pil dan kapsul yang diresepkan tidak ampuh. Seperti biasa, orang tua saya larinya minta air doa-doa lagi ke kiyai terkenal itu. Sakit saya tak juga kunjung sembuh. Yah, mau tidak mau saya dibawa ke dokter di kecamatan. Setelah terdeteksi ternyata saya kena penyakit Thypus.
Bagi saya air apapun tidak bisa menandingi ajaibnya air zam-zam. Keajaiban air zam-zam ini setidaknya dirasakan langsung oleh teman saya. Adalah Uci yang bekerja di sebuah konfeksi milik bos seorang Datuk dari Padang. Si Datuk ini baru pulang naik haji. Dia menghadiahi oleh-oleh khas Timur Tengah kepada semua karyawannya. Saya yang hanya tamu disitu tentu saja tidak kebagian. Ih, jadi jeles deh pas melihat air bening yang saya duga air zam-zam.
"Uci, air ini untuk kamu. Bismilah dulu sebelum meminum", kata Datuk.
Tuh kan bener dugaan saya. Ya ampun Datuk, berikan saja air zam-zam itu pada saya! (ngarep).
Tanpa basa basi, Uci langsung merebut air zam-zam dari tangan Datuk dan langsung glek.. glek.. glek.. menenggak habis!
Beberapa waktu berpisah, dan dipertemukan kembali dengan Uci, tiba-tiba dia sudah menggendong anak.
"Tahu tidak, doa apa yang aku ucapin sewaktu minum air zam-zam dulu", kata Uci.
"...."
"Aku minta diberi jodoh".
Uci langsung cengengesan. Sepertinya dia berharap ada orang lain lagi yang memberi air zam-zam.
Baru-baru ini, ada saudara saya yang datang berkunjung dan memberikan sebotol besar air ajaib katanya. Saya jadi mikir, ini kan bukan musim haji, tidak ada juga saudara dia, saudara saya, atau tetangga yang umroh. Jadi saya tidak percaya bahwa air itu air ajaib, air zam-zam.
"Gue sempet mampir ke Jombang. Buset deh antriannya panjaang bener. Air itu gue dapetin dengan penuh perjuangan! Tahu dong, Ponari".
"APA?!"
"Udah deh, lo minum aja. Siapa tahu lo gak terus menerus ngejomblo gitu. Ini asli Ponari Sweat... Ponari Sweat, lho..." kata saudara saya mengacung-acungkan botol besar itu ke muka saya.
"Ponari Sweat? Ih, ogah!".
Belakangan ini di Jawa Timur lagi ngetren dukun cilik Ponari. Pasien yang datang ya ampun dah banyaknya. Dikabarkan pendapatan Ponari 50 juta rupiah per hari. Dan sekarang sudah mendapatkan uang sebesar 2M.
Sejak booming Ponari, tiba-tiba menjamur dukun cilik lainnya. Wah, Ponari jadi banyak saingan nih.
Dulu ketika sakit panas, orang tua saya paling banter mengobati saya ke mantri desa. Dikasih obat pil ukuran segede kancing Levis. Atau dengan cara yang lebih tradisional, orang tua saya dateng ke kiyai terkenal sekampung, minta air doa-doa, dan meminumkan pada saya. Anehnya, sembuh!
Kali berikut ketika sakit, saya dibawa lagi ke mantri. Tapi sayang, obat pil dan kapsul yang diresepkan tidak ampuh. Seperti biasa, orang tua saya larinya minta air doa-doa lagi ke kiyai terkenal itu. Sakit saya tak juga kunjung sembuh. Yah, mau tidak mau saya dibawa ke dokter di kecamatan. Setelah terdeteksi ternyata saya kena penyakit Thypus.
Bagi saya air apapun tidak bisa menandingi ajaibnya air zam-zam. Keajaiban air zam-zam ini setidaknya dirasakan langsung oleh teman saya. Adalah Uci yang bekerja di sebuah konfeksi milik bos seorang Datuk dari Padang. Si Datuk ini baru pulang naik haji. Dia menghadiahi oleh-oleh khas Timur Tengah kepada semua karyawannya. Saya yang hanya tamu disitu tentu saja tidak kebagian. Ih, jadi jeles deh pas melihat air bening yang saya duga air zam-zam.
"Uci, air ini untuk kamu. Bismilah dulu sebelum meminum", kata Datuk.
Tuh kan bener dugaan saya. Ya ampun Datuk, berikan saja air zam-zam itu pada saya! (ngarep).
Tanpa basa basi, Uci langsung merebut air zam-zam dari tangan Datuk dan langsung glek.. glek.. glek.. menenggak habis!
Beberapa waktu berpisah, dan dipertemukan kembali dengan Uci, tiba-tiba dia sudah menggendong anak.
"Tahu tidak, doa apa yang aku ucapin sewaktu minum air zam-zam dulu", kata Uci.
"...."
"Aku minta diberi jodoh".
Uci langsung cengengesan. Sepertinya dia berharap ada orang lain lagi yang memberi air zam-zam.
Baru-baru ini, ada saudara saya yang datang berkunjung dan memberikan sebotol besar air ajaib katanya. Saya jadi mikir, ini kan bukan musim haji, tidak ada juga saudara dia, saudara saya, atau tetangga yang umroh. Jadi saya tidak percaya bahwa air itu air ajaib, air zam-zam.
"Gue sempet mampir ke Jombang. Buset deh antriannya panjaang bener. Air itu gue dapetin dengan penuh perjuangan! Tahu dong, Ponari".
"APA?!"
"Udah deh, lo minum aja. Siapa tahu lo gak terus menerus ngejomblo gitu. Ini asli Ponari Sweat... Ponari Sweat, lho..." kata saudara saya mengacung-acungkan botol besar itu ke muka saya.
"Ponari Sweat? Ih, ogah!".
Post a Comment