Sejak dari malam kemarin, saya sudah tidak lagi menginap di ruang cempaka. Oom Daryono, Dwi, dan Tetty, sudah diperbolehkan pulang. Dokter menyatakan mereka sembuh dari DBD.
Baru saja semalaman saya tidur di rumah. Eh, sepupu saya melahirkan. Dia dirawat di rumah sakit yang sama. Lagi-lagi saya menginap di rumah sakit yang sama, cuma beda ruangan saja.
Ternyata di ruangan bersalin penjagaannya ketat. Jam 10 malam sudah dikunci. Di dalam kamar hanya boleh ada seorang saja pihak keluarga yang njagain. Otomatis saya dan suami sepupu saya, Fajar, tidur diluar. Kadang kami gerilya untuk mendapatkan tempat nyaman untuk rebahan. Untungnya saya sudah terbiasa tidur ala gembel tuna wisma.
Saya yang kesulitan tidur karena minum kopi ABC mocca, menyibukkan diri berchatting-ria. Mulanya chatting berjalan mulus.. lus.. lus.. Tapi masalah muncul ketika hape berbunyi menandakan low battery. Haduh, mampus! Mana chating pas seru-serunya lagi.
Saya mondar-mandir menyusuri setiap lorong rumah sakit. Berharap menemukan lubang colokan listrik untuk men-charge hape. Sialnya, rumah sakit sebesar ini tidak ada lubang colokan listrik pada dinding luar ruangan.
Anjritt!!
Saya berpikiran, mungkin akan menemukan lubang colokan listrik di toilet. Eh, yang ada cuma lubang WC. Mondar-mandir kesana-kemari lagi dengan mata jelalatan. Saya merasa jadi satpam yang sedang nyari maling.
Putus asa, saya duduk di teras surau mungil yang nampak nyempil diantara besarnya bangunan rumah sakit. Saking kecilnya, mushala ini cuma punya dua pancuran air wuduk. Saya menarik napas dalam-dalam, mengeluarkan perlahan. Tarik napas lagi, keluarkan lagi.
"Ah, pura-pura nggak tahu aja, ah! Biasanya kalo lagi nggak dicari suka nongol sendiri."
Baru saja saya berkata begitu sambil memalingkan muka. Eh, nggak tahunya saya nemuin colokan listrik itu nangkring di dalam mushala. Saya buru-buru masuk, melangkahi orang-orang yang pada tidur.
Trik saya berhasil. Memang terkadang kita harus mempermainkan keadaan, jangan keadaan melulu yang mempermainkan kita. Memanipulasi diri sendiri bahwa kita tidak panik oleh disebabkan keadaan, itu teknik jitu.
Di lain waktu, saya mencari STNK yang saya lupa disimpan dimana. Saya mengulangi teknik jitu itu. Mencoba lagi trik memanipulasi keadaan. Membohongi diri sendiri dengan berpura-pura tidak mencari STNK. Tapi ternyata trik itu tidak berhasil.
*keluh*
Baru saja semalaman saya tidur di rumah. Eh, sepupu saya melahirkan. Dia dirawat di rumah sakit yang sama. Lagi-lagi saya menginap di rumah sakit yang sama, cuma beda ruangan saja.
Ternyata di ruangan bersalin penjagaannya ketat. Jam 10 malam sudah dikunci. Di dalam kamar hanya boleh ada seorang saja pihak keluarga yang njagain. Otomatis saya dan suami sepupu saya, Fajar, tidur diluar. Kadang kami gerilya untuk mendapatkan tempat nyaman untuk rebahan. Untungnya saya sudah terbiasa tidur ala gembel tuna wisma.
Saya yang kesulitan tidur karena minum kopi ABC mocca, menyibukkan diri berchatting-ria. Mulanya chatting berjalan mulus.. lus.. lus.. Tapi masalah muncul ketika hape berbunyi menandakan low battery. Haduh, mampus! Mana chating pas seru-serunya lagi.
Saya mondar-mandir menyusuri setiap lorong rumah sakit. Berharap menemukan lubang colokan listrik untuk men-charge hape. Sialnya, rumah sakit sebesar ini tidak ada lubang colokan listrik pada dinding luar ruangan.
Anjritt!!
Saya berpikiran, mungkin akan menemukan lubang colokan listrik di toilet. Eh, yang ada cuma lubang WC. Mondar-mandir kesana-kemari lagi dengan mata jelalatan. Saya merasa jadi satpam yang sedang nyari maling.
Putus asa, saya duduk di teras surau mungil yang nampak nyempil diantara besarnya bangunan rumah sakit. Saking kecilnya, mushala ini cuma punya dua pancuran air wuduk. Saya menarik napas dalam-dalam, mengeluarkan perlahan. Tarik napas lagi, keluarkan lagi.
"Ah, pura-pura nggak tahu aja, ah! Biasanya kalo lagi nggak dicari suka nongol sendiri."
Baru saja saya berkata begitu sambil memalingkan muka. Eh, nggak tahunya saya nemuin colokan listrik itu nangkring di dalam mushala. Saya buru-buru masuk, melangkahi orang-orang yang pada tidur.
Trik saya berhasil. Memang terkadang kita harus mempermainkan keadaan, jangan keadaan melulu yang mempermainkan kita. Memanipulasi diri sendiri bahwa kita tidak panik oleh disebabkan keadaan, itu teknik jitu.
Di lain waktu, saya mencari STNK yang saya lupa disimpan dimana. Saya mengulangi teknik jitu itu. Mencoba lagi trik memanipulasi keadaan. Membohongi diri sendiri dengan berpura-pura tidak mencari STNK. Tapi ternyata trik itu tidak berhasil.
*keluh*
Post a Comment