YANG BESAR YANG MENANG | yang kecil yang tersingkir


Saya sering merasa iri sama temen saya, Suhendy, karena dia memiliki postur tubuh yang tinggi. Saya juga iri melihat teman saya, Ezzy, karena memiliki dada yang bidang dan perut six pack.

Saya seringkali berandai-andai punya body seperti seperti Arnold Swaznager, rasanya aman aja kalo punya body segede gitu. Setidaknya akan mengurangi tindak ancaman kejahatan para pengamen di metromini yang sering maksa minta uang sama saya. Sedangkan saya yang sekarang ini harus menerima saya postur tubuh kecil kerempeng yang cuma setinggi 166 cm. Maaf Tuhan, bukannya saya mengeluh atas anugrah ini....



Mentang-mentang saya bertubuh kecil, saya sering merasa dilecehkan oleh orang yang berbadan besar, kekar, gembrot. Misalnya aja sewaktu di kedutaan besar RI di Kuala Lumpur. Waktu itu, saya ngantri sambil duduk manis -di kursi kayu panjang yang seharusnya lebih cocok jadi kursi di warteg- menunggu giliran nama saya dipanggil. Pas nama saya dipanggil beserta beberapa nama lainnya, kemudian majulah saya dan empat orang bertubuh gembrot. Di depan loket, tubuh kecil saya disenggol-senggol karena si gembrot-gembrot ini berebutan maunya dulu-duluan dilayani. Terang aja saya terpental dari barisan. Uh, sebel. Betapa benar sekali kalau orang Indonesia jauh sekali dari budaya antri.

Di salah satu penginapan tempat saya menginap di Singapura, lagi-lagi saya mengalami tindak ketidak adilan atas nama fisik dan ras. Bule sialan yang badannya segede gajah berhasil menyingkirkan saya ketika saya akan memakai fasilitas komputer di penginapan ini. Saya menggerutu dan seringnya malah menyesali saya berpostur kecil.

Yang paling menyebalkan adalah ketika saya naik MRT. Secara ini kan puncak weekeend, dimana semua orang sepertinya bermuara di Orchard Road, jadinya MRT penuh sesak penumpang. Jangan khawatir, MRT tidak seperti KRL Jakarta-Bogor yang dipenuhi pedagang asongan. Tapi tetep aja kalo keadaannya penuh sesak akan membuat keadaan tidak nyaman. Apalagi saya yang berpostur kecil berdiri tepat ditengah-tengah himpitan bule yang badannya segede kulkas dua pintu. Oh, mai got! Saya sampe megap-megap nyari udara buat napas. Kan gak lucu kalo nantinya ada pemberitaan heboh di tipi "Lagi, ditemukan telah tak bernyawa seorang turis kere asal Indonesia, karena mati kegencet bule. Ini menambah daftar kematian WNI di Singapura setelah meninggalnya David Hartanto, si jenius yang kuliah di Nanyang Technology University".

Maka bersyukurlah kalian yang bertubuh besar kekar. Setidaknya, mungkin kalian gak bakal mati kegencet......

Share this:

2 comments :

 
Copyright © duniabulatbundar. Designed by OddThemes | Distributed By Blogger Templates20