Saya berteman baik sama Adhi Norman. Hubungan persahabatan ini terjadi lama berselang ketika kami sama-sama bekerja di perusahaan otomotif di Jakarta. Lalu masuklah Boy dalam lingkaran persahabatan ini. Kami saling cocok dan melengkapi satu sama lain. Malahan ada yang bilang kalo kami bertiga lagi ngumpul, ibarat roda bajaj, katanya.
Saya sih gak keberatan disebut sebagai apapun. Bagi saya yang penting kompak forever!
Emang selalu ada yang aneh dalam persahabatan. Mereka selalu memberi disaat kita kekurangan, mereka selalu ada disaat kita membutuhkan. Dan itu saya dapatkan dari sahabat saya Adhi Norman. Meskipun bermulut cablak (ngomong tanpa diayak dulu), tapi kepedulian sama temen jadi point utama plus plus dia.
Mencoba flash back:
Suatu hari ada percekcokan antara Adhi Norman dan Boy. Cuma masalah sepele, halah kecil... Tapi kok gitu aja diributin. Saya yang jadi penengah berusaha untuk mendamaikan keduanya. Masing-masing merasa diri paling benar. Masing-masing merasa gengsi ngucapin kata maaf demi yang katanya mereka sebut harga diri. Huh, cepek deh!
Akhirnya bubarlah tim bajaj. Ada kerenggangan dan rasa gimana gitu dalam pergaulan. Saya sedih melihat semua ini.
Hingga akhirnya, kami bertiga benar-benar berpisah. Masing-masing kami menempuh hidup sendiri. Kami tidak lagi bekerja di perusahaan otomotif itu.
Sampai....
Datanglah kesempatan bagi saya dan Boy untuk bekerja di perusahaan lain yang jauh sekali.
Singkat cerita, 2,5 tahun kemudian kami kembali bertemu sama Adhi. Meskipun sebenarnya saya sih masih berhubungan by phone. Tapi setelah langsung bertemu, ada banyak sekali perubahan. Adhi sudah punya formasi temen baru, relasi terkini, dan hal-hal yang dulu banyak saya temuin dari sifatnya sangat jadi jauh berbeda. Semua udah gak sama. Begitu banyak sekali perubahan dalam dirinya hingga saya gak sempet ngenal pribadinya.
Ah, ataukah ini cuman perasaan saya aja?
Post a Comment