Kematian....



Sepulang dari BCP setelah mendaftar di sebuah tempat kursus, di perjalanan gue ngeliat ada sebuah insiden kecelakaan antara mobil sedan dan motor. Emang kayanya gak ada yang terluka. cuman bumper kiri depan mobil aja yang pengok dan bumper belakang motor bebek yang amburadul. Ada polisi di perempatan lampu merah itu. Tapi anehnya, polisi kok nggak mendekat ya....
Apa karena polisi terlalu sibuk ngurusin lalu lintas dan atau sibuk nilangin orang?

Berbicara tentang sebuah kecelakaan, mengingatkan gue pada sebuah tragedi kematian. Gue punya pengalaman berhadapan dengan kematian, ketika sepeda yang gue dan temen gue naikin diserempet oleh container.

"BRUUUG...BRUUUUG...BRUUUG.... NGEKK..."
Seketika itu juga pandangan gue kabur. Gue berasa ngeliat cahaya putih menyilaukan mata. Aaahh... inikah yang namanya alam kematian? kata gue sebelum pingsan dan tersadar kembali keesokan harinya. Selama beberapa hari, gue gak tahu dan gak berusaha nyari tahu gimana nasib temen gue yang juga ikut dalam kecelakaan itu. Yang ada di otak gue adalah rasa syukur karena gue lolos dari malaikat maut.

Setelah seminggu berlalu, barulah gue denger kabar tentang kondisi temen gue yang ternyata gak seberuntung gue. Dia kehilangan jempol kaki kanannya. Yup, jempol kakinya putus. Gue hampir muntah ngeliat kaki itu.

Di lain waktu, gue juga sempet ngalamin kecelakaan. Motor yang gue naikin bertabrakan sama bajaj. Ini adalah pengalaman yang memalukan gue. Bisa-bisanya tabrakan ama bajaj. Gak elit banget. Dan untungnya, gue cuman luka-luka kecil doang. Yang gue takutkan cuman satu. Secara waktu tabrakan terjadi persis di depan pangkalan bajaj. Dimana para awak bajaj semua berkumpul. Gue takut aja si sopir bajaj yang tabrakan ama gue bercerita yang enggak-enggak, memodifikasi cerita sebenernya ke sesama temennya yang juga sopir bajaj. Berabe kan kalo gue malah mati dikeroyok sopir bajaj yang jumlahnya segambreng.

Dan sekarang...
Gue berada dalam posisi menakutkan. Temen gue, Yusran, yang orang sulawesi, malam tadi sakit panas. Suhu badannya tinggi. Secara dia gak balik kampung. Secara dia sendirian di kosan. Dan secara juga gue gak tega biarin dia terpuruk lemah tak berdaya. Tapi gue gak tau apa yang harus gue lakukan. Kecuali nungguin dia yang tidurnya ngigo mulu dan nganterin dia ke dokter. Gue takut tiba-tiba dia mati gitu aja. Tar gue deh yang ketempuhan. God, please don't take him for now.....



Share this:

Post a Comment

 
Copyright © duniabulatbundar. Designed by OddThemes | Distributed By Blogger Templates20