Beberapa hari terakhir ini gue dalam keadaan bimbang. Gue merasa terbelenggu oleh sesuatu yang gak bisa gue ungkapkan. Menghadapi situasi rumit ini, timbul keinginan-keinginan bego untuk mencari jalan pintas. Guys, you don't wanna know...
Gue gak bisa lagi nahan yang gue rasain. Gue teramat menderita dan tersiksa. Satu-satunya jalan yang ada di pikiran gue adalah pergi ninggalin semuanya tanpa jejak. Kemaren gue ngunjungin semua temen deket gue. Ngobrol ngalor-ngidul melepaskan rindu setelah lama gak saling ketemu. Dalam hati gue bilang bahwa mungkin aja ini adalah pertemuan terakhir kita. Hari itu gue seolah-olah mengajak temen gue untuk mengingat hari-hari yang pernah kami lalui. Hitam dan putih hidup, suka dan duka saat berada dalam kebersamaan. Romantisme masa lalu.
Sepulang dari mengunjungi semua temen deket, gue sebenernya menjalani hari-hari dengan biasa di rumah. Gue takut orang rumah tahu rencana bego gue dan akan berusaha mati-matian mengagalkannya. Gue berhenti di tengah jalan. Markirin motor di jembatan Plumpang. Gue duduh di besi pembatas jembatan itu sambil mandangin sungai yang menghitam.
Gue berpikir lama dan mendalam beberapa saat itu.
Dan gue mendapat sebuah keputusan. Keputusan untuk menempuh jalan pintas itu.
Gue memejamkan mata.
Dan tiba-tiba.....
HP gue berdering. Bunyi ini jelas mengganggu konsentrasi gue. Nama dia tertera di HP. Nama seseorang yang bener-bener pengen gue lupakan.
Gue bingung. Lama gue biarin dering itu sampe akhirnya berhenti sendiri. Apakah gue perlu menelpon balik? Ya, setidaknya untuk bilang "selamat tinggal".
Di seberang telepon sana dia bilang sesuatu yang gue gak ngerti. Gue sama sekali gak ngerti kenapa sampe sejauh ini dia tetep mempertahankan gue yang buruk ini. Gue yang seharusnya dilupakan saja. Kata-katanya meluluhkan gue. Dan akhirnya, dia menyelamatkan gue kembali.
Dan gue masih gak ngerti, kenapa dia mau berbuat sejauh ini.....
Post a Comment