Katanya, Malaysia lebih parah karena melegalkan praktek perjudian.Berikut ini adalah secuil pengalaman saya tentang perjudian disana.Kebanyakan bentuk judinya memang mirip seperti di Singapore bahkan di Indonesia. Berupa taruhan olah raga, judi toto (baik dua angka, empat angka, enam angka). Saya pernah dua kali main judi toto karena rasa keisengan saja atas ajakan seorang teman. Apakah saya ketagihan untuk terus berjudi? Tidak juga.
Bagaimana dengan masyarakat disana? Di Malaysia sendiri, sebagian besar pelaku judi adalah warga keturunan cina, sedikit India, sedikit para TKI, ada juga sih orang Melayu yang berjudi.
Meskipun judi adalah sesuatu yang legal bagi negaranya, namun di setiap agen penjual toto justru memasang peringatan "JUDI adalah HARAM disisi Islam". Dan orang Melayu sangat menyadari itu. Makanya jarang diantara mereka yang berjudi.
Di Indonesia sudah sangat jelas sekali bahwa judi adalah sesuatu yang dilarang baik secara hukum islam maupun undang-undang negara. Namun pada kenyataannya, ada saja yang menjual kupon toto naga meskipun secara sembunyi-sembunyi. Kemiskinan hidup memang telah membuat rakyat Indonesia semakin keruh dalam berpikir. Ingin mendapatkan uang sebanyak-banyaknya dalam waktu sesingkat mungkin. Tapi saya bukan ingin cerita penyebab ini-itu secara detil dan mendalam, karena saya bukan seorang pakar dalam hal itu.
Ada sebuah tempat wisata di Malaysia yang bernama Genting Highland sebagai tempat wisata bermain dan bersenang-senang. Ada theme park dan ada juga area judinya.
Bersama seorang teman Melayu, yang biasa saya panggil ustadz, pergilah saya ke Genting Highland. Setelah puas bermain aneka wahana, kami pun berjalan berkeliling. Lalu kami menemukan sebuah gerbang dengan ada patung badut-badut. Saya mengira itu adalah salah satu arena permainan anak. Sehingga saya menarik tangan ustadz untuk masuk kedalamnya.
Aneh juga, nampaknya rata-rata orang yang masuk ke ruang bergerbang patung badut ini adalah mereka yang necis. Saya sempet minder juga. Tapi rasa penasaran tetap memacu kaki saya untuk melangkah kesana. Ustadz pun jadi ikut-ikutan.
Ketika langkah kaki tinggal beberapa meter lagi dari gerbang, datanglah security berperawakan melayu menghadang kami sambil berkata garang: kalian orang melayu, diharamkan masuk kesana. Kata satpam.
"Memangnya ini tempat apa, Pak?"
"Ini arena judi".
"Ya maaf deh. Kami kesini kan cuma nyasar." kata saya sambil melengos pergi menjauh.
Bagaimana dengan masyarakat disana? Di Malaysia sendiri, sebagian besar pelaku judi adalah warga keturunan cina, sedikit India, sedikit para TKI, ada juga sih orang Melayu yang berjudi.
Meskipun judi adalah sesuatu yang legal bagi negaranya, namun di setiap agen penjual toto justru memasang peringatan "JUDI adalah HARAM disisi Islam". Dan orang Melayu sangat menyadari itu. Makanya jarang diantara mereka yang berjudi.
Di Indonesia sudah sangat jelas sekali bahwa judi adalah sesuatu yang dilarang baik secara hukum islam maupun undang-undang negara. Namun pada kenyataannya, ada saja yang menjual kupon toto naga meskipun secara sembunyi-sembunyi. Kemiskinan hidup memang telah membuat rakyat Indonesia semakin keruh dalam berpikir. Ingin mendapatkan uang sebanyak-banyaknya dalam waktu sesingkat mungkin. Tapi saya bukan ingin cerita penyebab ini-itu secara detil dan mendalam, karena saya bukan seorang pakar dalam hal itu.
Ada sebuah tempat wisata di Malaysia yang bernama Genting Highland sebagai tempat wisata bermain dan bersenang-senang. Ada theme park dan ada juga area judinya.
Bersama seorang teman Melayu, yang biasa saya panggil ustadz, pergilah saya ke Genting Highland. Setelah puas bermain aneka wahana, kami pun berjalan berkeliling. Lalu kami menemukan sebuah gerbang dengan ada patung badut-badut. Saya mengira itu adalah salah satu arena permainan anak. Sehingga saya menarik tangan ustadz untuk masuk kedalamnya.
Aneh juga, nampaknya rata-rata orang yang masuk ke ruang bergerbang patung badut ini adalah mereka yang necis. Saya sempet minder juga. Tapi rasa penasaran tetap memacu kaki saya untuk melangkah kesana. Ustadz pun jadi ikut-ikutan.
Ketika langkah kaki tinggal beberapa meter lagi dari gerbang, datanglah security berperawakan melayu menghadang kami sambil berkata garang: kalian orang melayu, diharamkan masuk kesana. Kata satpam.
"Memangnya ini tempat apa, Pak?"
"Ini arena judi".
"Ya maaf deh. Kami kesini kan cuma nyasar." kata saya sambil melengos pergi menjauh.
Post a Comment