Saya mengaku saya orang yang membenci birokrasi dengan prosedur yang bertele-tele. Teknologi yang sedia ada tidak serta merta membuat proses itu jadi praktis. Karena selalu membuang-buang waktu. Contohnya dalam pembuatan KTP.
Baru-baru ini saya memperpanjang KTP. Prosedur awal adalah meminta surat keterangan RT. Ucluk-ucluk saya jalan sendirian ke rumah ketua RT. Tetapi hari itu sang pejabat tidak ada ditempat. Si istri mewakilinya. Cop... Cop... Cop... Saya berhasil mendapat surat keterangan RT dengan membayar goceng.
Lalu saya dirujuk untuk ke ketua RW. Disinilah kesebelan saya bermula. Orang rumahnya memberitahukan hari ini ketua RW sedang kerja. Saya disuruh datang lagi malam nanti. Maaf, bukannya saya seorang yang tidak sabaran. Tapi idealnya begini: RT, RW, dan Kelurahan, adalah jabatan milik dan melayani publik. Maka sudah seharusnya mereka selalu ada disaat warga memerlukan pelayanan mereka. Tanpa terkecuali. "Saya kan sibuk. Saya juga bekerja pada perusahaan bla bla bla." Alasan mereka selalu begitu. Kalau bicara sibuk, semua orang punya kesibukan. Bahkan pengangguran pun sibuk. Dan kalau memang sibuk yang jadi alasannya, kenapa juga dia mau menambah beban kesibukannya dengan bersedia ditunjuk jadi ketua RT/RW. Tuh kan saya jadi emosi sendiri.
Dan ketika mendapatkan surat keterangan RW keesokan harinya, lagi lagi ada pungutan goceng.
Prosedur berikutnya saya datang ke kelurahan. Lagi-lagi kesialan menimpa saya. Selain saya disuruh nunggu, saya juga dikenakan biaya sebesar rp25ribu karena masa berlaku KTP telah habis saat memperpanjangnya. Hari gini orang kelurahan sibuk bergosip ria daripada sibuk melayani warga.
Hari itu, berakhir dengan kecewa!!
Baru-baru ini saya memperpanjang KTP. Prosedur awal adalah meminta surat keterangan RT. Ucluk-ucluk saya jalan sendirian ke rumah ketua RT. Tetapi hari itu sang pejabat tidak ada ditempat. Si istri mewakilinya. Cop... Cop... Cop... Saya berhasil mendapat surat keterangan RT dengan membayar goceng.
Lalu saya dirujuk untuk ke ketua RW. Disinilah kesebelan saya bermula. Orang rumahnya memberitahukan hari ini ketua RW sedang kerja. Saya disuruh datang lagi malam nanti. Maaf, bukannya saya seorang yang tidak sabaran. Tapi idealnya begini: RT, RW, dan Kelurahan, adalah jabatan milik dan melayani publik. Maka sudah seharusnya mereka selalu ada disaat warga memerlukan pelayanan mereka. Tanpa terkecuali. "Saya kan sibuk. Saya juga bekerja pada perusahaan bla bla bla." Alasan mereka selalu begitu. Kalau bicara sibuk, semua orang punya kesibukan. Bahkan pengangguran pun sibuk. Dan kalau memang sibuk yang jadi alasannya, kenapa juga dia mau menambah beban kesibukannya dengan bersedia ditunjuk jadi ketua RT/RW. Tuh kan saya jadi emosi sendiri.
Dan ketika mendapatkan surat keterangan RW keesokan harinya, lagi lagi ada pungutan goceng.
Prosedur berikutnya saya datang ke kelurahan. Lagi-lagi kesialan menimpa saya. Selain saya disuruh nunggu, saya juga dikenakan biaya sebesar rp25ribu karena masa berlaku KTP telah habis saat memperpanjangnya. Hari gini orang kelurahan sibuk bergosip ria daripada sibuk melayani warga.
Hari itu, berakhir dengan kecewa!!
Sabar dan sabar ... semoga dengan kesabaran akan membuahkan hasil yang baik ... mulai dari yang kecil kita harus berani merubah, berubah yang lebih baik
ReplyDelete