Di Kantin Yang Sama


Baru kali ini saya bekerja di perusahaan yang gak ada kantin. Memang merepotkan juga. Saya harus berburu dengan waktu makan siang yang cuma satu jam. Dalam 60 menit itu saya harus sedikit berlari lebih kenceng supaya waktu bisa efektif untuk dibagi-bagi antara waktu berjalan menuju kantin, waktu makan, ngerokok, dan tidur siang.

Meskipun tempat kerja sekarang berdekatan jarak dengan Sunter Mal, saya belum pernah tuh makan disana. Selalunya saya makan di warteg, yang harganya jauh lebii murah daripada di mall. Eh, makan di warteg juga jarang deng. Sebab saya bawa bekal dari rumah. Selain menghindari kantong bolong, waktu saya juga jadi lebih banyak untuk tidur siang.


Dulu, di tempat kerja saya dulu yang lebih elit dan bonafid, ada kantin. Jadi saya jarang makan diluaran. Irit kaan!!

Enaknya, saya jadi bisa menghemat bajet dan waktu. Tidur siang dan ngerokok pun terasa santai.

Gak enaknya, menu jadi seragam. Piring juga seragam, sebenarnya bukan piring beling. Tapi tempat makan yang terbuat dari besi persegi empat dengan cekungan-cekungan. Mirip seperti tempat makan di rumah sakit.

Sebenarnya saya bersyukur juga bekerja di perusahaan yang gak ada kantin di dalamnya. Karena menu akan jadi tidak seragam. Jauh lebih beraneka ragam. Saya bawa lauk ini, kawan bawa lauk anu. Saya bawa tempe, kawan bawa tahu. Jadi bisa saling tukeran lauk pauk. Kadang kami juga sering janjian. Besok saya bawa apa, kawan bawa apa.

Dan yang paling penting, karena tidak ada kantin, maka tidak ada keseragaman lauk pauk. Jadi kalau kentut bau bisa cepat di deteksi siapa yang habis makan telor. Coba bayangin kalo kita makan dengan lauk pauk yang seragam....

"Ih, kentut lo bau banget!! Makan apaan sich?"
"Menu sama, yang kaya lo makan"

Share this:

Post a Comment

 
Copyright © duniabulatbundar. Designed by OddThemes | Distributed By Blogger Templates20