Kopi memang sudah jadi bagian gaya hidup masyarakat kita. Usaha franchise kedai kopi pun banyak berserakan di setiap sudut perkotaan. Tapi entah kenapa saya bukan termasuk kopi minded.
Saya tidak percaya dengan pendapat yang mengatakan bahwa seorang perokok harus minum kopi. Katanya temen saya sih kandungan kafein dalam kopi bisa sedikit mengurangi nikotin dalam rongga dada perokok. Bener gak sih?
Sebenarnya bukan berarti saya tidak pernah minum kopi samasekali. Bisa dihitung dengan jari lah, selama satu smester saya minum kopi.
Nikmatnya minum kopi, saya tidak tahu dirasakan dari segi apanya. Entah aneka rasa kopinya, entah suasana minum kopinya, entah aroma kopinya.
Saya pernah merasakan nikmat menyeruput segelas kopi tubruk. Ini karena suasananya. Sewaktu di kampung, pagi-pagi di teras rumah, gerimis, cemilannya pisang goreng dan tempe mendoan. Uuh, nikmat!
Baru-baru ini, tepat sepuluh hari sudah saya menginap di rumah sakit, tiap malam saya nenggak kopi bisa sampai 3 bungkus kopi ABC susu mocca. Buset deh, saya mabok! Gak tahaan terus-terusan begadang.
Saya duduk di depan area parkir motor rumah sakit dengan suami sepupu saya, Fajar. Lagi-lagi saya disuguhi kopi. Tidak berapa lama ambulans datang. Pantat mobilnya berhenti beberapa meter dari saya. Kedua pintu depan ambulans dibuka, keluarlah dua orang bertampang sangar dari dalamnya. Mereka buru-buru membuka pintu belakang ambulans dan mengeluarkan sesuatu dari dalam. Setelah dikeluarkan, ternyata "sesuatu" itu adalah peti mati yang berisi mayat didalamnya.
"Cepat! Cepat! Langsung bawa saja kebelakang. Kita gotongan saja. Pak satpam, temenin ke belakang ya." Kata sopir ambulans.
Saya yang saat itu lagi nyeruput kopi jadi mabok beneran (baca:muntah), karena peti mati itu sempat berhenti beberapa menit didepan muka saya!
Saya tidak percaya dengan pendapat yang mengatakan bahwa seorang perokok harus minum kopi. Katanya temen saya sih kandungan kafein dalam kopi bisa sedikit mengurangi nikotin dalam rongga dada perokok. Bener gak sih?
Sebenarnya bukan berarti saya tidak pernah minum kopi samasekali. Bisa dihitung dengan jari lah, selama satu smester saya minum kopi.
Nikmatnya minum kopi, saya tidak tahu dirasakan dari segi apanya. Entah aneka rasa kopinya, entah suasana minum kopinya, entah aroma kopinya.
Saya pernah merasakan nikmat menyeruput segelas kopi tubruk. Ini karena suasananya. Sewaktu di kampung, pagi-pagi di teras rumah, gerimis, cemilannya pisang goreng dan tempe mendoan. Uuh, nikmat!
Baru-baru ini, tepat sepuluh hari sudah saya menginap di rumah sakit, tiap malam saya nenggak kopi bisa sampai 3 bungkus kopi ABC susu mocca. Buset deh, saya mabok! Gak tahaan terus-terusan begadang.
Saya duduk di depan area parkir motor rumah sakit dengan suami sepupu saya, Fajar. Lagi-lagi saya disuguhi kopi. Tidak berapa lama ambulans datang. Pantat mobilnya berhenti beberapa meter dari saya. Kedua pintu depan ambulans dibuka, keluarlah dua orang bertampang sangar dari dalamnya. Mereka buru-buru membuka pintu belakang ambulans dan mengeluarkan sesuatu dari dalam. Setelah dikeluarkan, ternyata "sesuatu" itu adalah peti mati yang berisi mayat didalamnya.
"Cepat! Cepat! Langsung bawa saja kebelakang. Kita gotongan saja. Pak satpam, temenin ke belakang ya." Kata sopir ambulans.
Saya yang saat itu lagi nyeruput kopi jadi mabok beneran (baca:muntah), karena peti mati itu sempat berhenti beberapa menit didepan muka saya!
hmm... saya juga juarang skali meneguk kopi... tapi katanya ada yg enak bgt lho, kopi lampung. hehe...
ReplyDeletekug nyambungnya ke peti mati nuih, horor.. wiikikik
temen saya malah ga makan gapapa, yg penting ngopi sama rokok.. parah bener..
ReplyDeletetp dia puitis gitu orang nya, apa gara2 minum kopi ya, sugesti kahril gibran berasal dari kopi.. hahahaha...